Rini adalah seorang ibu rumahtangga biasa, suaminya pekerja kantoran dan anak laki lakinya baru berusia dua tahun. Selayaknya ibu rumah tangga setiap hari dia bangun pagi untuk memasak, membersihkan rumah, mengurus suami dan anaknya. Dalam keseharian Rini memang pendiam dan tak jarang dia merasa susah bergaul dengan para tetangganya. Namun didalam lubuk hatinya dia menyimpan sebuah impian untuk menjadi seorang penulis. Rini mulai mencari info dan banyak belajar dari dunia penulis lewat ponsel pintarnya. Akhirnya dia mulai termotivasi dan mencoba membuat sebuah karya tulis. Awalnya dia ingin menulis novel namun dia sendiri tidak cukup yakin untuk melakukanya. Akhirnya dengan rasa ragu dia mulai menceritakan impian dan keinginan tersebut kepada suaminya.
“Pak, ibu ingin jadi penulis novel, bagaimana menurut bapak ?”
“Jadi penulis novel ?? ngak salah itu hahaha..”
“Ibuk nulis sms aja ngak bener lah kok mau jadi penulis novel”.
“iiihh..bapak ini..bukanya didukung malah sinis gitu..”.
Akhirnya ketika sang anak tidur diam diam Rini mulai menulis novel, langkah pertama dia mulai belajar membuat outline atau kerangka karangan. Setelah dirasa cukup dia mencoba menulisnya menjadi sebuah karangan. Didalam hati dia hanya berdoa dan yakin Tuhan akan kasih jalan selama dia mau berusaha. Akhirnya novel itu selesai juga, namun dalam hati dia bingung gimana caranya agar karyanya di ketahui orang, bermodal nekat dia pun mulai membuat akun dalam jejaring sosial. Rini mulai bergabung dengan beberapa komunitas penulis. Suatu kali dia membaca pengumuman yang diposting pada salah satu akun komunitas penulis tersebut yang isinya tentang beberapa perlombaan karya tulis salah satunya adalah novel. Hatinya sumringah seperti mendapat jalan. Lagi lagi dengan bermodal nekat Rini mengikuti perlombaan tersebut. Langkah demi langkah dia lakukan sampai pada akhir yaitu pengiriman naskah lewat email.
Dalam beberapa hari terakhir setelah pengiriman naskahnya dia mulai tidak bisa tidur. Dia mulai berharap tapi juga merasa cemas.Tanggal penjurian telah lewat tak ada email masuk, rupanya keberuntungan pun belum menghampirinya. Berkali kali dia membuat karya tulis dan berkali kali pula dia gagal. Hampir putus asa Rini pun berkata pada dirinya sendiri
“Ini naskah ke sepuluh yang saya tulis kalau dalam lomba ini saya gagal maka akan jadi akhir dari segala usaha dan mimpi saya,..!!!”. Setelah naskahnya selesai dan dikirim,perasaan lega dan pasrah kali ini yang ia rasakan. Tanggal penjurian telah lewat di sela sela kesibukanya mengurus anak dia mendengar bunyi ponsel tanda pesan email.Rini bergegas mengambil ponselnya dibuka dan dibaca isi email tersebut, betapa terkejutnya dia ternyata naskah yang ia kirim lolos dan akan dibukukan. Tak hanya itu dia juga berhak mendapatkan hadiah utama yaitu uang sebesar tiga puluh juta rupiah.
Kini novel Rini yang berjudul “sang penabuh”sudah mulai muncul disetiap toko buku. Novel yang bahkan dia sendiri sudah pesimis akan lolos kini menjadi best seller. Dan kini dia hanya bisa tersenyum melihat karyanya dibeli dan dibaca oranglain.